CINTA
DATANG TERLAMBAT
CERPEN OLEH : BUNGA FEBRIANA
NURWIYANTI
“Pagii
Ayam.. “ sapa ku keluar dari rumah menyambut pagi di hari yang spesial ini.
Hari yang aku tunggu telah tiba, hari
dimana aku akan bertemu kembali dengan seseorang yang dulu mampu membuat
hidupku lebih berwarna, seseorang yang pandai menghibur saat sedihku
berkunjung, seseorang yang selalu berusaha menjaga bahagiaku tak sirna,
seseorang yang kini telah membuatku jatuh cinta dengan cara sederhana, dengan
selalu setia meluangkan waktu yang walaupun hanya sedetik untuk bersamaku.
Seseorang itu adalah dia, sahabatku.
Namaku
Valiya Indah Pertiwi. Teman-temanku biasa memanggilku Valiya, ada juga teman
dikelasku dulu yang memanggil V.I.P, sebahagia mereka memanggilku. Untung aja
aku tidak dipanggil PPAP, yang tahun ini virusnya mulai masuk ke Indonesia.
Berbeda dengan sahabatku, Iqbal Ardiansyah cowok muslim keturunan China-Jawa
yang biasa aku panggil ko Diedie, dia selalu memanggilku Olaf.
Ko
Diedie “ karena kamu panggil aku ko Diedie, aku akan panggil kamu Olaf.”
“Olaf?”
tanyaku heran, entah dihitung pakai rumus apa nama Valiya Indah Pertiwi bisa
bermetamorfosis menjadi Olaf
“Iya
Olaf. Olaf kalau ko Diedie translate
dalam bahasa Inggris menjadi All Love``.
Jelas Ko Diedie menjawab keherananku dan kemudian tersenyum manis. Jangan baper
dulu, sahabatku memang jago ngegombal.
Kenangan
empat tahun silam diawal kita bertemu membuat aku senyum-senyum sendiri dalam
lamunan. Sampai tak ku perdulikan orang yang berlalu lalang di bandara Adi
Sumarmo ini menatapku dengan keheranan mereka, yang aku tau saat ini aku
benar-benar bahagia. Entah apa yang harus aku lakukan kalau ketemu ko Diedie
nanti. Dalam pikiranku seketika terlintas banyak pertanyaan “apakah ko Diedie
masih suka SKSD sama orang?, masih suka bercanda tapi garing? masih suka makan
martabak? Masih suka melakukan hobinya yaitu mengupil?” “apakah ko Diedie masih
mencintaiku??". Ah sudahlah, kalau ko Diedie sudah dihadapanku nanti, akan
ku hajar Koko!!
“Olaf!!”
panggil seorang cowok sambil menepuk pundakku. “PoWww..” tanganku spontan
memukul wajah cowok yang mengusik lamunanku.
“maaf,
maaf kak, nggak sengaja” kataku yang merasa bersalah pada cowok yang saat ini
memegangi pipinya yang terkena pukulanku.
“Ko
Diedie?!” aku baru ngeh kalau dia
tadi memanggilku Olaf.
“Ko,
ko Diedie nggakpapa kan? Olaf nggak sengaja. Habisnya ko Diedie ngagetin” aku
khawatir menatapnya.
“Nggak
sakit. Weeek” ucap ko Diedie yang kemudian tertawa puas. Dapat kusimpulkan, ternyata
dia masih suka bercanda.
“Nggak
lucu!!” aku langsung berbalik dan beranjak meninggalkan tempat ku melamunkan Ko Diedie tadi.
“Eh,
tunggu dulu” kata ko Diedie sambil memegang tanganku, mencegah aku pergi.
“ada
apa lagi? ayo langsung pulang, Olaf mau
lanjutin tidur pagi” kataku yang kesal karna sudah di bercandain.
“bukan
cuma Koko yang Olaf antarkan pulang” kata ko Diedie sambil menarik tanganku,
berjalan meninggalkan titik koordinat dimana kita bertemu kembali setelah
kurang lebih satu tahun tak berjumpa.
“trus
siapa lagi?”
“Nanti
juga tau” jawabnya singkat sambil terus menarik tanganku mencari-cari seseorang.
Tak
pedulikan siapa yang dia cari, aku hanya menikmati momen ini karena ko Diedie
ada bersamaku.
“Olaf,
kenalin ini putri. Putri ini olaf sahabatku” kata ko Diedie setelah kita
berhenti di depan seorang cewek yang sedang membawa koper.
“salam
kenal, saya Putri Deawati” kata cewek itu sambil mengulurkan tangannya
kepadaku.
“Valiya
Indah Pertiwi” balasku sambil menjabat tangannya. Aku masih menata pikiranku
dan berharap dia bukan pacar ko Diedie.
“Valiya
Indah Pertiwi, kenapa dipanggil Olaf?” tanya Putri sambil tersenyum heran.
“karena
dia seperti Olaf., kamu tau boneka salju di film Frozen?, hidungnya panjang.
Haha” jawab ko Diedie.
“Weeh.
Garing Ko, dibasahin dulu sana!!” ucapku membalas bercandanya Koko, aku tau dia
memang suka bercanda.
“sebenarnya
Olaf itu panggilan spesial untuk sahabatku ini sayang.” Jawab koko lagi
“What???
Sayang!?” kata itu hanya terucap dalam pikiranku.
Tiba-tiba
aku sulit bernafas di dalam bandara yang luas ini. Kupingku berdengung
mendengar kata itu. Seakan-akan Valak tengah asyik tertawa keras dihadapanku
sembari mencekik leherku.
Sakit..
hanya sakit yang ku rasakan saat ini. Bahagia sirna seketika!!
Tuhan..
Rasa sakit inikah yang pantas aku dapatkan setelah aku mulai mencintai
seseorang. Dimana setia pada satu cinta dari seseorang bisa aku temukan?. Aku
tahu cinta ini datang terlambat, tapi haruskah cinta ini tak aku dapat. Argh!
Harusnya cinta ini tidak pernah datang.
“Olaf.!!”
“PoWww..” lagi-lagi Koko mengagetkanku dan lagi-lagi juga wajahnya terpukul
olehku.
“Uups.
Maaf Ko, nggak sakit kan?”
“Hmm..
nggak sakit. Pengen coba juga??”
“No!”
jawabku cepat
“yaudah
yuk pulang, keburu malam” kata ko Diedie sambil menarik tangan putri.
Mereka
berdua berjalan berdampingan didepanku, sambil berbincang-bincang satu sama
lain. Sungguh ini bukan pemandangan yang indah, ini membuatku sakit. Akhirnya
aku putuskan untuk menyalip, kemudian berjalan cepat di depan mereka.
“Olaf.
Hati-hati napa” teriak ko Diedie dari kejauhan
“keburu
malam!!”
Taksi
yg baru saja menurunkan Putri kembali melaju ke rumah ko Diedie. Hanya tinggal
kita berdua, tambah satu orang yaitu sopir taksi. Suasana begitu hening dalam
perjalanan ini. Aku bingung dengan hatiku dan memilih untuk diam, tapi ko
Diedie? Biasanya dia yang selalu cerewet cerita ini itu, curhat ini itu dan
sekarang dia hanya diam. Ada apa ko Diedie? Apa ko Diedie tidak mau
menceritakan tentang pacarmu padaku? Apa ko Diedie takut itu akan menyakitiku? Tenang
saja, aku pasti akan bisa menahan rasa sakit ini. Sakit karena aku telah
mencintaimu. Cinta kepada ko Diedie datang terlambat. Ini bukan salahmu, bukan
salahku dan bukan juga salah cinta.
Tapi
ini takdirku, dan aku menerimanya.
“Ko
Diedie, Olaf rindu semuanya” hanya kata itu yang keluar dari mulutku mewakili
semua perasaanku.
``
BUNGA FEBRIANA NURWIYANTI ``